Cerita Dewasa Nonton Isteri ML



Nonton Isteri ML



Bro dan Sist sekalian, mohon maaf jika pengalaman pribadi saya ini dianggap tidak wajar, tetapi demikian adanya kebiasaan seks yang tidak lazim kami lakukan ini berawal dari perselingkuhan istri saya dengan mantan pacarnya waktu di SMA dulu
Bermula sekitar 4 thn lalu, saya keluar dari pekerjaan dan mencoba merintis usaha sendiri, untuk itu supaya saya bisa survive maka anak sama istri saya , saya taruh di kampung di daerah jawa barat, untuk itu saya jarang pulang ke rumah, paling2 satu bulan sekali batten cepat. Setelah beberapa bulan berjalan setiap saya pulang ke kampung, saya suka mendengar tetangga di kampung suka membicarakan tentang istri saya yang mulai kembali berhubungan dengan mantan pacar pertamanya waktu SMA dulu, Cuma saya tidak begitu menanggapi , Cuma karena udah terlalu sering dan gosipnya sudah mulai macam2 dan menjurus ke hal2 yang abrogating (katanya mantan pacar istri saya ini suka masuk rumah saya malam2), maka saya juga jadi penasaran , untuk itu saya mulai membuat sebuah rencana untuk menjebak mereka , kebetulan rumah yang saya dan istri tempati ini adalah bekas rumah kakaknya mertua saya dan jaraknya sekitar 20 mtr dari rumah mertua, jadi saya berpura2 setiap pulang ke kampung saya tidak pernah tidur di rumah, melainkan tidur di rumah mertua dengan alasan sambil mengerjakan proyek, kebetulan juga rumah yang saya tempati itu listriknya tidak kuat, suka mati kalo di pakai untuk membetulkan mesin, makanya dengan alasan itu , saya bisa memasang kamera mini yang saya pasang di ruang tamu dan satu lagi di kamar tidur istri saya (kebetulan istriku dulunya agak gaptek dia tidak tahu kalau sedang di awasin pakai kamera ), kebetulan anakku dua2nya sudah pintar tidurnya di kamarnya sendiri.
Satu dua hari belum ada tanda2 yang mencurigakan, saya juga bingung padahal kata orang2 si Ujang ( nama mantan pacar istri saya ) hampir tiap malam, datang ke rumah, setelah saya selidikin ternyata dianya sedang pergi ke Bandung sedang mengurus surat2 mobil ( pantesan tidak kelihatan seharian ). Pada malam keempat, tiba2 di kamera terlihat istri saya berjalan mengendap2 menuju pintu, sambil membuka pintu perlahan2, begitu pintu terbuka masuklah si Ujang ke dalam rumah , dan saya yakin itu si Ujang, dari perawakannya yang tidak terlalu tinggi dan sedikit gemuk, sama rambut ikal sedikit gondrong tidak salah lagi itu memang benar si Ujang mantan pacar pertama istri saya ( herannya kok istri saya mau yah ), mereka berdua mengobrol sebentar, saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan soalnya kameranya memang tidak saya pasang audionya, takut berisik, nanti mertua saya malah curiga, selama ini kan beliau tahunya saya sedang membetulkan TV di kamar, tidak berapa absolutist kemudian , ‘EHHH’ si Ujang itu malah mulai memegang2 tangan istri saya, terus tangannya mulai membelai2 rambut istri saya dengan mesra , ‘KURANG AJAR’ saya jadi panasss bangett, cuma saya mencoba untuk menahannya, tidak berapa absolutist malah istri saya yang memegang pinggang si Ujang, terus menarik2 tangannya dan mengajaknya menuju ke kamar,
‘bangs*tTT!!!!’, saya memaki dalam hati, saya sudah mulai tidak bisa menahan diri lagi, apalagi ketika si Ujang juga mulai membalas merangkul tubuh istri saya , tangan saya sudah mengepal rasanya mau memukul saja gambar yang ada di TV, tidak berapa absolutist mereka berdua masuk ke dalam kamar, buru2 saja saya memindahkan jegnya ke kamera yang saya pasang di kamar tidur, celakanya begitu saya pindahkan malah jadi tidak jelas, tidak keluar gambarnya !!, mungkin karena penerangannya kurang memadai kali ya, dari pada keduluan mereka langsung aja saya keluar kamar dan menuju ke rumah saya, mertua saya sampe kaget melhat saya keluar kamar dengan terburu2, “ Aya naon A’? kok keburu2 ? “ tanya bapak mertua , “ Ohh , itu pak mau ambil aroma “, saya jawab sekenanya aja deh.
Saya langsung pergi setengah berjingkat, takut berisik, saya masuk dari dapur, kebetulan pintu dapur mertua , berhadap2an dengan pintu dapur rumah saya , begitu masuk saya langsung bergegas menuju jendela kamar yang mengahadap dapur, kebetulan jendela di kampung umumnya cuma di tutup pakai kain saja, jadi saya bisa mengintip agak mudah dan jelas, dan ketika saya membuka sedikit, ‘WADUHH !!’ istri saya sama si Ujang sudah tidur2an di kasur, si Ujang sudah mulai mencium pipi istri saya, tapi anehnya kali ini saya malah tidak merasa emosi tuh, soalnya saya lihat istri saya juga menikmati sepertinya, matanya merem, terus tangannya mulai di lingkarkan di leher Ujang, terus kepala si Ujang di tariknya sampai wajah si Ujang berhadapan dengan wajah istri saya, ‘SETANNN !!!’ bibir istri saya mulai melumat bibir Ujang, “ mmpphh…mmpphhh “ Ujang dan istri saya berpagutan mesra, aneh sekali, perlahan2 kemaluan saya malah bergerak nih, ‘ SOMPRETT !!!!, kenapa malah bangun nih kanjut’ pikir saya ,
‘WAH’ dari pada saya malah jadi salah tingkah akhirnya saya ambil aja kursi yang ada di dapur, pelan2 saya duduk di kursi sambil mengintip, saya lihat istri saya sudah mulai menarik2 kaos si Ujang, “ A’ ayo buka atuh kaos sama celananya “ rengek istri saya, Ujang menurut, dia mulai membuka kaosnya, sambil menurunkan juga celana panjangnya, “ Is… ( nama istri saya Euis ), biar Aa’ yang buka baju kamu yahh? “ Ujang berkata sambil tangannya mulai menarik kaos tanktop istri saya, ‘ WAHH !!! ‘ makin keras aja nih benda di selangkangan saya melihat adegan itu, tidak berapa absolutist terlepaslah baju istri saya, terus perlahan tangan Ujang mulai menurunkan celana Hawaii istri saya, posisi istri saya yang tengah tiduran celananya di tarik hingga lepas, sekarang pasangan selingkuh ini sudah setengah bugil, saya melihat benda di dalam celana dalam si Ujang sudah mulai berubah, tangan istri saya sudah mulai menyelinap masuk kedalam celana dalam Ujang, kelihatannya istri saya sudah mulai meremas2 kemaluan si Ujang, dan Ujang juga tidak mau kalah, dia mulai melepas tali Bra istri saya, sebentar saja sudah terlepas deh Bra istri saya, Ujang mulai meremas payudara istri saya secara perlahan2, walaupun sudah sedikit mengendur ( maklum sudah punya anak dua ) tapi dari bentuk sih masih lumayan bagus, apalagi puting susunya juga tidak terlalu besar, sambil merem-melek keenakan si Ujang mengulum pentil susu istri saya, yang sebelah kiri, sementara tangannya yang kanan terus meremas2 payudara istri saya yang bagian kanan, “ Ssssshhh….Aa’, enakkk bangettt sihhh….”, istri saya mengerang keenakan badannya menggeliat2, sementara tangannya terus giat meremas batang kemaluan si Ujang, “ Mmpph..mmbb…mbb…uhhhh….aku juga enak nih Iissss…..”, rintih Ujang sambil terus mengulum pentil susu istri saya, “ Aaaa’ udahhh donggg… E
uissss… gak kuattt nihhh….”, istri saya menggelinjang, mendesah sementara tangannya sudah mulai berusaha melepaskan celana dalam si Ujang, tangan Ujang beringsut melepas celana dalammya sendiri, batang kemaluannya menyembul keluar dan menggantung, ukurannya sedang2 aja tuh kayaknya tidak berbeda jauh dengan kemaluan saya.
Begitu batang kemaluan itu lepas dari sangkarnya, istri saya dengan sigap menangkap kemudian meremas2 dengan gemas, karuan saja ini membuat Ujang mengerang, “Aahhhh….Iissss…ssshh …Uuhhh…..” Ujang melepas kulumannya di pentil susu istri saya, dia duduk bersandar di tembok, istri saya yang sudah gemas langsung aja melahap batang kemaluan Ujang, ujung kemaluan si Ujang di kenyot kuat2, Ujang mengerang kepalanya mendongak ke atas, perutnya tertarik saking kuatnya kenyotan mulut istri saya, “ Aaarrrgggghhhhh…..Euisss!!……Ampuuuunnnnnn, Ouuhhhhhhhh…………”,
Istri saya mulai mengulum2 batang kemaluan Ujang, batang itu dia masukin terus di keluarin lagi dari mulutnya,” Ouuwbb…nymmm..mmhhh….slrrrupp..”, mulut istri saya,
terus menyiksa batang kemaluan Ujang, Dia mulai kepayahan tangannya meremas2 rambut istri saya, “ Euisss…..uddaaahhh..aahhh…urang..teu kuattt deui…uuhhh….”, Ujang merintih sambil berusaha menarik kepala istri saya supaya mulutnya lepas dari kemaluannya. Tetapi istri saya sepertinya sudah kesetanan, sambil terus mengocok batang kemaluannya Ujang, mulutnya mulai membantai biji kemaluan si Ujang, mulutnya mulai mengulum sambil sesekali menggigit dua bola daging yang di tumbuhi bulu itu, Ujang menggeliat2 keenakan sesekali mulutnya menyeringai, mungkin ia sedang merasakan geli bercampur sakit karena biji kemaluannya sesekali digigit oleh istri saya , “ Akhh….ssshhh.. Ouhh…Ngeunahhh euyy….trusssshhh…enaaakkkkhhh..”, Ujang mengerang panjang sepertinya dia benar2 kepayahan deh, istri saya memang batten jago kalo di suruh Blow Job, saya saja lebih sering keoknya, “Mmbbbhhh….heghh…uukh..ukh…”, mulut istri saya terus mengulum, menggigit sambil tangannya mengocok batang kemaluan Ujang.
Selang beberapa menit kemudian saya melihat Ujang menarik kuat rambut istri saya, badannya terdorong ke depan, suaranya mengerang parau, “ Aarrrgghhh…Euiss… uranggg keluarrrrrr….aaahhhhhhh…”, dan….’crett..ccrett’ menyemprot lah cairan sperma Ujang di mulut istri saya, “ I..ih..ih.. Aa’ kok udah di keluarin sihhh???? “, istri saya protes sambil terus mengocok kemaluan Ujang hingga tetes sperma yang terakhir keluar, “ Ouhh..ukhh…Ukh.. habis geli sih Is …sshhh…aahhhh..”, tubuh Ujang ambruk ke kasur, sementara istri saya berusaha membersihkan mukanya yang belepotan cairan kenikmatan si Ujang, “ Terrusss…aku gimana bell Aa’… ?, rengek istri saya, ‘Huh !! Sialan !!’ kalo gak lagi ngintip sudah saya aja deh yang mengantikan si Ujang buat menyetubuhi dia, soalnnya nih kanjut sudah tegang 200%, ‘GILA !!’ amative nya lebih dari kalau saya melihat adegan di filem Be-eF atau kalau pas mau menyetubuhi istri saya , dua kali lipat , ‘Gustiiii…’ benar2 sensasi yang luar biasa, sampai2 saya harus membuka resleting celana , untuk membuat kanjut ini bisa bernafas..
Tak berapa absolutist kemudian istri saya sudah rebah di samping Ujang, sementara tangannya masih mengelus2 kemaluan Ujang yang sudah sedikit lembek, “ Aa’..gimana dong?..kanjutnya jadi lemes gini…”, rengek istri saya sambil tangannya di selusupkan ke dalam celana dalamnya sendiri ( sepertinya istri saya benar2 dikuasai nafsu birahi yang kuat ), “ Ayo bell Aa’ ini lubangku udah gatelll….ihh..”, kembali dia merengek,
“ Sini Is…, Aa’ jilatin mau gak? “, lirih Ujang sambil mencium pentil susu istri saya , Ujang mulai membuka celana dalam istri saya, kemudian dia membuka paha istri saya lebar2 sehingga lubang kemaluan istri saya keliatan jelas, walaupun sudah pernah melahirkan sampai dua kali, tapi lubang kemaluan istri saya masih lumayan menggigit, ( tau deh sudah berapa kali lubang istri saya di masukkin kemaluannya si Ujang ), Saya melihat Ujang mulai menyiumi perut istri saya, kemudian semakin absolutist semakin turun, pas sampai di lobang kemaluannya, istri saya menjerit kecil, “ Ouhhh….Ahhhhh….sss
ssshhh…jangan di gigit Aaaa’, sakittt….”, jerit istri saya sambil tangannya meremas seprei kasur ,‘Sialan!!’, rupanya si Ujang balas dendam tadi kemaluannya di gigit istri saya, Ujang mulai menjilat2 lubang bagian dalamnya, hal ini membuat istri saya menggelinjang2 keenakan ( Padahal dia gak pernah mau kalau kemaluannya di jilat saya, takut songong katanya ), “ Ouuww…ssshh…gelliiiiii…uhh…ssshhh….geliiii..”.
istri saya mengerang2, makin beringas saja Ujang memainkan lubang kemaluan istri saya, sementara saya lihat istri saya semakin liar, kepalanya di goyang kekiri-kekanan, tangannya menjambak dan menarik2 rambut si ujang, pinggulnya ditarik maju mundur “Ouuhhh…owwhh..ssshhh…udahhh..udahhh..geliiii..”, rengek istri saya, ‘Waduhh’, mendengar istri saya mengerang2 semakin tegang aja nih kanjut, apa kanjut si Ujang juga sama?…Ehh..ternyata sama juga tuh, saya lihat kemaluan si Ujang perlahan2 mengeras, sambil terus menjilat kemaluan istri saya, Ujang mengocok2 kemaluannya sendiri hingga makin absolutist kelihatan kemaluannya semakin tegang,
“ Sshh…mmbb..slrruppphh…nymmh..nymm…sshhh..”, Ujang terus membantai lubang kenikmatan istri saya, “ Euis…kanjut Aa’ udah siap nihh..di lanjut teu..???”, Tanya si Ujang sambil mengocok kemaluannya di depan lubang kemaluan istri saya,
“ Lanjutiinnn…Aaa’..udah basah nihh….uhhhh…”, desis istri saya sambil mengangkang lebar2. Sejurus kemudian Ujang mulai memasukan kemaluannya di lubang kenikmatan istri saya, “ Ssssshhh……….”, Ujang mendesis panjang ketika kemaluannya masuk kedalam lubang nikmat istri saya, “ Uhhhhh….ssshh….aahhh
Ouhhh…..enakkk…”, istri saya mengerang kenikmatan kelihatannya dia memang sudah tidak sanggup menahan birahinya, “ Ayuh atuh Aa’…di kocok bell kanjutnya…”, rengek istri saya. Ujang mulai menggenjot kemaluannya turun naik, ‘slepphh..clepp..cleephh..’ bunyi kemaluan istri saya nyaring sekali, itu menandakan kalau lubang surga istri saya sudah basah sekali dengan cairannya dia sendiri, sementara si Ujang berusaha memompa birahinya biar sampai puncak, tapi karena dia tadi sudah keluar sepertinya bakal absolutist nih ejakulasinya,
“ Ukhh..uhh..ukhh…ahh..ahhh..ukh…sshhh…uuhhh….ouhhh…” suara dua insan yang di kuasai nafsu memenuhi ruangan kamar, sesekali Ujang mengulum pentil susu istri saya, membuat istri saya semakin menggelinjang, “ Eeeehhh..ssshhh…enakkk Aaaa’…terusss..auwwwhh….ngeunahhhhhh…..Ooooooooo..”,
melihat istri saya keenakan, Ujang terus mengulum pentil susu istri saya sambil terus mengocok kemaluannya turun naik, semakin absolutist semakin cepat sehingga membuat istri
saya tidak kuat lagi menahan birahinya pinggulnya bergoyang cepat pantatnya diangkat dan….”Aaaaaahhhh…E uissss……..keluarrrr….A’aaaa…Ooooooouuhhh……..”,
Istri saya mengerang sambil pahanya di tutup rapat menjepit pantat ujang, ‘ serrrr…..’ cairan istri saya keluar sepertinya, saya melihat dari celah lobang kemaluannya, mengalir cairan bening, tangan istri saya meremas punggung Ujang kuat2, “ Akhh…aauwwwhh….ssshh…..Aahhhh….ouhhhhhh…enakkkk……….”
Ujang yang merasakan hangat di kemaluannya semakin kuat menggenjot lubang surga istri saya sesekali pantatnya di putar2 sambil di dorong habis ke depan,
“ Ugh..ukh…uhh…uhhh…lobangnya banjirrr….uuhhh…”, rintih Ujang sambil terus mengocok kemaluannya, “ Ahh…uhhh…Brenti dulu…A’…Euis ngiluu….akhh..”, istri saya menjerit2, tapi kelihatannya Ujang gak peduli, dia terus menggenjot, karena merasa ngilu, istri saya membalas dengan menggoyangkan pantatnya kekiri-kekanan, sambil sesekali di hentakkan ke atas, Karuan aja si Ujang kewalahan, kemaluannya berdenyut-denyut ,“Ahhh…sshhhh….enakkk.ahh..ahhh…Ough”
Ujang mencengkram kedua tangan istri saya, gerakan pantatnya makin cepat, dan beberapa detik kemudian pantatnya di hentakkan kuat2….” Aarrrgggghhhh…..urang keluarrr …Isssssss………..Arrrrhhhhhhhhhhh….Ouuhhhhh………….”,
‘Crootttttt..crottt…’, Ujang mengerang panjang pantatnya berkedut2, tubuhnya di hempaskan di atas tubuh istri saya pantatnya terdorong ke depan sangat kuat, “ Ahhhh….sssshhhhhhh…..oouuhhhhh…..enakkk…..”,
lenguh Ujang sambil sesekali menggoyangkan pantatnya, kulihat spermanya mengalir keluar dari celah2 lobang kenikmatan istri saya, ‘ Sialll si ujang!!, ngapain air maninya di buang di dalam, untung aja istri saya KB kalo gak’, umpatku dalam hati, gak berapa absolutist Ujang turun dari tubuh istri saya, ‘ kesempatan nih mumpung dia berdua masih lemes, saya kerjain ah saya pura2 grebek aja’, pikir saya, soalnya terus terang saya juga gak marah dengan kelakuan mereka berdua malah saya menikmatinya, lihat aja ujung kepala kanjut saya malah basah, terus pelan2 saya jalan ke pintu kamar
‘Brakkkkk!!!’, pintu kamar saya tendang hingga terbuka, Ujang dan istri saya kaget bukan kepalang, “ bangs*ttt !!!, ngapain kamu berdua Ha???..”, hardik saya, muka Ujang pucat pasi istri saya langsung panik, “ A..ampun..kang..ampun….”, kata Ujang ketakutan,
“ Iya A’ aku juga minta ampun…”, rengek istri saya langsung mencoba memeluk badan saya, Cuma saya dorong lagi aja ke tempat tidur, “ Kamu berdua bikin malu!!, sekarang juga kamu berdua ke kantor desa!!, saya tarik tangan si Ujang, Ujang langsung sujud di depan saya, “ Ampuunnn kang, jangan bawa saya ke Kuwu ( panggilan kades kalo di kampung ), tolong saya kang, nanti bapak saya tahu dia jantungan ( si Ujang memang belum punya istri dan masih tinggal bersama orang tuanya ), saya mau di suruh apa aja, saya mau kang asal jangan di bawa ke pak kuwu, tolong kang..”, Ujang merengek sambil mencium kaki saya, gak berapa absolutist istri saya juga ikut sujud di kaki saya, “ Iya A’, tolong jangan bawa saya ke desa, Aa’ boleh ceraikan saya, saya rela…tolong jangan bawa ke desa nanti bapak jadi malu, kasian bapak A’..”, rengek istriku sambil terus menyiumi kaki saya, ‘Hmm…ini dia saya kerjain aja nih’ pikir saya dalam hati.” Ya sudah begini saja, kamu Jang bikin surat perjanjian bahwa kamu mau ngelakuin apa aja yang saya suruh, kalau kamu menolak, urusannya aku bawa ke kantor polisi, gimana?”, tanya saya sambil mengambil kertas dan ballpoint dari dalam laci, “ Iya kang saya sanggup…”, jawab Ujang lirih, sambil bangun menuju meja, “ Kamu Is!, kamu juga buat perjanjian kalau kamu juga mau aku suruh apa aja, kalo gak aku kasih tahu bapak kelakuan kamu ini dan aku laporin polisi karena kamu sudah berselingkuh”, kata saya sambil memberikan kertas ke istri saya, “ Iya A’, maafin saya yah…”, setelah kedua2nya selesai membuat surat perjanjian, saya suruh mereka berdua untuk ‘main lagi, “ Nah sebagai hukumannya kamu berdua harus mengulangi apa yang kamu perbuat tadi di hadapan saya, saya mau merekamnya buat bukti” kataku sambil mengambil HP kamera yang ada di saku ,
Ujang dan , saling pandang, mereka gak nyangka hukumannya bakal aneh begitu,
“ Tapi A’..? “, istri saya keheranan sementara Ujang cuma menunduk lesu, “ Sudah kamu mau apa tidak?, kalo tidak aku ke pak kuwu sekarang..”, aku berkata sambil mengarahkan kamera ke mereka berdua, “ I..iya,,deh A’…saya mau…” sahut istriku terbata2, “ Kamu jang..???…”, tanya ku, “ Saya terserah akang aja, tapi kayaknya saya gak sanggup kang tadi udah keluar dua kali, lagian saya malu kalo di liatin”, jawab Ujang sambil memegang kemaluaanya yang sudah lembek, “ Gak usah malu Jang, anggap aja aku gak ada, kan mumpung akunya juga gak marah, jadi kamu bisa capital sepuas kamu gimana?”, kataku meyakinkan si Ujang, “ Ya udah deh kang, beneran gak apa2 nih aku capital sama istri akang??”, tanya Ujang lagi, “ Udah, beneran gak apa2 kok, sana naik ke tempat tidur gih!!”, sahutku.
Ujang beringsut naik ke tempat tidur, sementara istri saya sudah duduk di atas tempat tidur, badannya sedikit di tutupi selimut, “ Euis !!, ngapain di tutupin biarin aja di buka, biar Ujang bisa nikmatin tubuh kamu “, kata saya mirip seorang sutradara yang sedang memberikan pengarahan ke para pemainnya, Ujang duduk di sebelah istri saya, mukanya masih pucat ketakutan.
“ Ayoh !!… Is…bangunin tuh kanjutnya si Ujang, kamu khan..jagonya kalo bangunin kanjut.”, kataku sambil mulai merekam mereka berdua, perlahan Euis bangun dan mulai menghampiri kanjut Ujang, jari tangannya yang lentik mulai mendarat di batang kanjut Ujang, sementara ujang mulai rebah di kasur, rupanya dia juga gak mau terlalu terlihat mukanya oleh sorotan kamera HP-ku, Euis sudah mulai beraksi, dia kelihatan agak canggung mungkin malu sama aku suaminya, mungkin pikir dia backbone ada suami yang menyuruh istrinya bersetubuh dengan orang lain, “ Eh Euis.yang bener atuh,kalo kanjut Ujang gak keras2 kapan kalian mau mainnya???..”, kataku sambil terus merekam, Euis pun mulai memasukkan kepala kanjut Ujang di dalam mulutnya, dia kulum2 pelan2 sesekali dijilat2 ujung kepalanya, Euis memang pintar untuk yang satu ini, dia tahu titik backbone di bagian kemaluan Ujang yang batten sensitif, buktinya Ujang mulai menggelinjang kegelian, Cuma dia gak berani mengeluarkan suaranya, “Heh…Jang…mana suaranya???….tadi waktu capital yang pertama kok keras sekarang kok diam??,..Hayo…keluarin suara kamu !!…”, perintahku, Ujang dengan sedikit malu mulai bersuara, “ Sssshhhh…..mmmmpphhhhh….terrusss..Iissss….ouhhhh….”, rintih Ujang,
Euis juga makin bersemangat ketika melihat batang kanjut Ujang mulai mengeras, sisa2 air mani Ujang yang mulai mengering tidak di hiraukannya, dia terus menjilat dan mengulum2, “ Mmmmpppphhh…slrruuuppphhh…emmmmhh..emmhh…emmhh..”,
Kemaluan Ujang dia putar2, buah zakarnya di kulum sambil di tarik2 sampai kempot, karuan saja Ujang makin keenakan, “ Okh..Ukhh…ssshhh…enak..Is, benerrrrr….”, Ujang mengerang2 tangannya mulai meremas2 rambut istriku, sementara aku yang menyaksikan adegan itu juga mulai amative lagi nih, aku buka tali ikat pinggangku kemudian kanjutku kubiarkan keluar, Euis sempat melirik perbuatanku, Cuma dia tidak bisa komentar karena mulutnya penuh dengan biji zakar milik Ujang, sementara tubuh Ujang menggeliat2 sepertinya dia merasa ngilu karena sudah dua kali kanjutnya memuntahkan air mani, “ Uughhh…ohhh…ngiluuu euy..Iss…ngiluuu..atos atuhh..”,
Rengek Ujang memohon supaya istri saya menghentikan pembantaian pada kemaluannya.Kasihan juga si Ujang belum sempat istirahat absolutist kanjutnya sudah di paksa bangun lagi,
Akhirnya saya suruh istri saya supaya mulai beraksi, “ Euis..ayoh kamu naik di atas kanjut ujang, gantian kamu yang genjot sekarang..”, istri saya beringsut pantatnya berada di atas kemaluan Ujang, kemudian sambil terus di genggam perlahan kanjutnya di arahkan ke lobang kenikmatannya, sejurus kemudian dimasukkannya batang nikmat Ujang ke lobang vaginanya, “ Ahhhhh……”, istri saya mendesis ketika batang kanjut Ujang amblas ke dalam lobang kemaluannya, “ Uuuuuhhhhh…..ssshhh….”, Ujang mendesis juga kelihatannya dia sedang merasakan nikmat bercampur ngilu, istri saya mulai menaik turunkan pantatnya, ‘cleppsss…sleppphh…cleppss…’, bunyi kedua kelamin ini begitu nyaring mungkin karena lobang kemaluan istriku masih terisi oleh sperma Ujang jadinya bunyinya nyaring, apalagi kulihat batang kanjut Ujang belepotan cairan putih setiap keluar masuk lobang kemaluan istriku, “ Ouwh..ouwww..ssshhh….”
Istriku merintih2 keenakan, tangannya menggenggam erat sprei tempat tidur, Ujang yang berada di bawah juga gak mau kalah, tangannya meremas2 payudara istriku dengan mesra, “ Sssshhh….ennaaaakk….aahhhh…terrusss…. Issss….”, rintih Ujang keenakkan Istri saya makin bersemangat pinggulnya turun naik dengan cepat,
matanya merem melek, sementara mulutnya menganga mengeluarkan suara2 yang gak jelas,“ Ouwwhh…hrrrhhh….aarrrgggg….ooupppphhhh….owhh..ouwwggghh….”
beberapa menit kemudian saya suruh istri dan Ujang untuk berganti posisi, sekarang saya minta istri saya untuk nungging, “ Ayohh..Euis kamu sekarang nungging, biar Ujang tusuk lobang kamu dari belakang…”, istri saya menurut dia bangun kemudian menungging di atas tempat tidur, sementara Ujang beringsut menghampiri pantat istriku yang sudah menganga menunggu kanjutnya untuk di masukkan ke dalam lobang kenikmatannya, “ Eeegghhhh….ssshhhh…..”, Ujang mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam lobang vagina istriku, ‘ Sleeeppppsss…’, sekali tekan masuklah batang kanjut itu, “ Aaahhhhh…….ssssshhhhh…..ennaaaakkkk….”, istri saya mendesis panjang, batang kemaluan mulai keluar masuk lobang vagina istriku, bunyinya nyaring‘ Clepss..clophh…clops…clepss..cloph…cloph…’, Ujang terus menggenjot
kanjutnya, tangannya meremas2 pantat istriku “ahh…akhh..ukkh…ogghhh…ssshh…ohhh…uuhhhhh….enaakkkk…ssshhhh….”
Ujang terengah2 menikmati vagina istriku, “ Ssshhh….uhhh…aaaaaa….ennaakkk…”
Istri saya juga mengerang2 kenikmatan, Sementara saya lihat Ujang mulai kepayahan, dengan posisi bersetubuh seperti ini membuat kanjutnya tidak dapat bertahan lama,
“ Oghh..sssshhhh…..addd..ddduuuhhh….teuu…kuattttsss..deui…euuhhhh…….”,
Ujang menggenjot makin cepat, kemudian secara tiba2 dia mencabut kanjutnya dan mengocoknya di luar vagina istri saya di sertai lenguhan panjang, “ Aaaaaaaahhhhh…”,
‘Crroootttt…crettt..cre..cettt..’ muncratlah cairan mani ujang di atas pantat istriku
“ Urangggg…..Keluarrrrrrrr…..Ouuhhhhhhhh………”, Ujang mengerang2 perutnya berkedut stiap kali maninya menetes dari kepala kanjutnya, kemudian dia ambruk ke kasur, “ Yahhh…Jang…kamu udah keluar?..”, tanyaku sambil mengarahkan kamera Hp-ku kearah Ujang yang terduduk lemas, “ Uhh..iya..kang, gak kuat kalo gaya kayak gitu”, Ujang berkata lemah sambil mengelap kanjutnya dengan kain seprei
Aku mematikan proses rekamnya, kemudian aku melihat ke arah istriku yang masih nungging di kasur, sambil membuka celana dan kaosku aku menyuruh Ujang untuk turun dari kasur, “ Sudah kamu turun Jang duduk di kursi gantian aku yang mau ng*nt*t nih”,Kata saya sambil menghampiri tubuh istri saya Euis.
Malam itu saya mampu bersenggama dengan istri saya lebih dari biasanya, saya merasakan nikmat senggama yang luar biasa, ini karena sensasi yang saya dapatkan dari melihat adegan istri saya bersenggama dengan Ujang. Sejak saat itu bila saya ingin mendapatkan sensasi yang luar biasa waktu ML dengan istri, maka saya biasanya mengajak Ujang atau orang lain untuk terlebih dahulu menyetubuhi istri saya, berkat surat perjanjian yang di buat istri saya dan Ujang maka saya bisa menyalurkan hasrat seks saya yang tidak lazim ini dengan mudah, tapi lama-kelamaan istri saya juga mulai terbiasa dengan hal itu, malah sekarang dia dapat lebih menikmatinya dan terkadang lebih sering dia yang memilih pasangan untuk bersenggamanya, kami punya banyak pengalaman untuk di ceritakan bila berkenan.

KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU


Keperkasaan Polisi Muda 1



Keperkasaan Polisi Muda 1



Masih ingatkan denganku?Lihat lagi dong ceritaku dengan pegawai Telkom atau Tukang Bersih2. Ya, namaku Siti Maemunah, panggil saja aku Mae. Keluargaku cukup terpandang dengan gelar kebesaran mereka dari tanah Arabia, tapi masih kolot, apa-apa selalu dihubungkan dengan agama, huh… keluargaku adalah keluarga muslim yang teramat taat sehingga aku pun diwajibkan memakai baju kurung dan berjilbab sedari kecil. Namun segala sesuatu yang membuatku tidak bebas bergerak malah membuatku selalu ingin tahu dan aku sangat antusias bisa merasakan hal-hal baru di luar dunia kolot ini. Apalagi, ternyata aku tercipta menjadi seorang muslimah yang mempunyai hasrat nafsu sangat tinggi dan aku sangat bernafsu bila tubuhku dinikmati oleh banyak laki-laki, hal ini membuat lebih bersemangat. Mungkin aku jadi begini karena kehidupan sosialisasiku sangat terkekang semenjak kecil jadi ya beginilah, tahu enaknya di luar jadi susah ngilanginnya,he..he..he
Di kota ini aku lebih sering mengendarai motor bebekku, lebih gesit kalo mau pergi-pergi, kalau pengen naik mobil ya tinggal nebeng saja kan dengan lelaki. Gara-gara naik motor inilah, aku jadi punya lelaki cadangan untuk memuaskan dahagaku. Suatu hari aku harus ke tempat dosenku untuk menyerahkan tugas kuliahku yang belum kelar di daerah Kota Baru Jogja dan aku mengambil untuk jalan Tiro untuk lebih cepatnya dan saking terburu-burunya karena si Dosen mau pergi , aku nggak sengaja melanggar lampu merah padahal di perempatan Cik Di Tiro tersebut ada pos polisi,mampuslah aku.
Sampai di sebelah selatan Gramedia aku distop oleh seorang anggota polisi, kutaksir usianya masih muda, paling juga baru lulus dari Secaba di Purwokerto. Jadilah semua surat-suratku diperiksa dan seperti biasanya dengan Rp. 10 ribu serta bilang kalau anak kuliahan, loloslah aku, karena aku lagi ngejar waktu begitu ku kasih uang dan kuminta STNKnya aku langsung tancap gas tapi sepintas dia lumayan ganteng juga, tinggi dan tegap lagi, “Uu’uuhh… sial” batinku, gara-gara dosen gila aku jadi kehilangan tambahan cadangan kontol dah.
Fiiuhh.. untungnya si dosen masih keburu dan karena capek, aku langsung aja balik ke rumah. Sorenya, pas sehabis mandi lagi benerin jilbab karena mo jalan ada yang ngetuk pintu rumahku. “Kulonuwun… Assalamualaikum… ”, pikirku mungkin temen lelakiku ada yang dateng buat nagih jepitan dagingku, kebetulan banget aku lagi pengen di sodok-sodok, dengan masih memakai daster terusan kebanggaanku, aku buka pintu. “Maaf mbak Siti Maemunah, ini SIMnya tadi belum kebawa” kata lelaki berseragam itu. Uups, ternyata bapak polisi tadi yang datang. Kebetulan nih,aku lagi penasaran pingin ngrasain kontol berseragam dan kalau dipikir-pikir, ngapain polisi repot-repot nyari rumahku kalau nggak pingin mencoba yang lain? Aku jadi bergairah untuk menggodanya. “Oohh… trima kasih pak,maaf merepotkan” kataku, kutahu namanya Wibowo. P dari nama di seragamnya.
Ternyata dia lumayan tinggi, sekitar 170 cm-an, tubuh tegap dan ideal, kulit sudah mulai terbakar matahari dan wajahnya lumayan ganteng juga dengan kumisnya. “Panggil saja aku Mae” kataku supaya lebih akrab. Kita ngobrol banyak hal dan Bowo ternyata asik juga dibuat ngobrol walaupun gayanya yang tegas kadang kelihatan. Dan lebih kelihatan lagi saat matanya sering melirik tetekku dan aku sempat kaget saat aku sadar aku masih belum memakai bra jadinya bentuk tetekku lumayan tercetak di dasterku itu. Tapi itu membuatku jadi bertambah terangsang pingin dientotin sama kontol lelaki berseragam.
Tiba-tiba gerimis mulai turun dan karena kita masih di teras, aku ajak dia masuk ke dalam. Aku sengaja mengubah posisi dudukku sehingga pakaianku yang terusan tipis itu jadi agak tersingkap. Pahaku yang mulus kini sepenuhnya kelihatan. Hal ini membuat duduknya semakin gelisah. Matanya berkali-kali mencuri pandang ke arah pahaku.
“Sebentar Wo, saya ambil teh dulu,” kataku sambil bangkit dan berjalan ke dapur
“I..iya, Mbak..” jawab Pak Bowo agak tergagap karena lamunannya terputus oleh kataku tadi.
Suasana sepi di rumahku ditambah dengan dinginnya malam membuat gairahku bergejolak menuntut penuntasan. Apa boleh buat aku harus berhasil menggoda Bowo, apapun caranya. Demikian tekad nakalku menari-nari dalam kepalaku.
Setelah mengambil minuman, aku duduk berhadap-hadapan dengan Bowo. Duduknya semakin gelisah melihat penampilanku yang sangat segar habis mandi tadi. Akhirnya mungkin karena tidak tahan atau karena udara dingin ia minta ijin untuk ke kamar kecil.
“Eh.. anu, Mbak.. Boleh minta ijin ke kamar kecil, Mae.” , “Silakan, Wo.. Pakai yang di dekat dapur saja.” Kataku, “Baik, Mae… ” Sambil berdiri ia membetulkan celana seragam dinasnya yang ketat. Aku melihat ada tonjolan besar yang mengganjal di sela-sela pahanya.
Agak ragu-ragu ia melangkah masuk hingga aku berjalan di depannya sebagai pemandu jalan. Akhirnya kutunjukkan kamar kecil yang bisa dipakainya. Begitu ia masuk aku pun pergi ke dapur untuk mencari makanan kecil, sementara di luar hujan semakin deras saja.
Aku terkejut saat aku keluar dari dapur tiba-tiba ada tangan kekar yang memelukku dari belakang. Piring bakpia hampir saja terlepas dari tanganku karena kaget. Rupanya aku salah menduga. Bowo yang kukira tidak mempunyai keberanian ternyata tanpa kumulai sudah mendahului dengan cara mendekapku. Napasnya yang keras menyapu-nyapu kudukku hingga membuatku merinding.
“Ma..maaf, Mbak.. say.. saya sudah tidak tahan… ” desisnya diiringi dengus napasnya yang menderu.
Lidahnya menjilat-jilat tengkukku hingga aku menggeliat sementara tangannya yang kokoh secara menyilang mendekap kedua dadaku. Untuk menjaga wibawaku aku pura-pura marah.
“Pak Bowo… apa-apaan ini” suaraku agak kukeraskan sementara tanganku mencoba menahan laju tangan Bowo yang semakin liar meremas tetekku dari luar gaunku.
“Ma..af, Mbaak.. say.. saya.. sudah tidak tahan lagi..” diulanginya ucapanya yang tadi tetapi tangannya semakin liar bergerak meremas dan kedua ujung ibu jarinya memutar-mutar kedua puting tetekku dari luar gaun tipisku.
Perlawananku semakin melemah karena terkalahkan oleh desakan napsuku yang menuntut pemenuhan. Apalagi tonjolan di balik celana Bowo yang keras menekan kuat di belahan kedua belah buah pantatku. Hal ini semakin membuat nafsuku terbangkit ditambah dinginnya malam dan derasnya hujan di luar sana. Suasana sangat mendukung bagi setan untuk menggoda dan menggelitik nafsuku.
Tubuhku semakin merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Bowo yang panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Bowo hingga tengkurap di atas meja makan dekat dapur yang kokoh karena memang terbuat dari kayu jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Bowo beralih menyingkap gaunku dan meremas kedua buah pantatku.
Aku semakin terangsang hebat saat tangan Bowo yang kasar menyusup celana dalamku dan meremas pantatku dengan gemas. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku.
Gila..!! Benar-benar lelaki yang kasar dan liar. Tapi aku senang karena ini sensasi lain..!! Kasar dan liar… apa lagi samar-samar kucium aroma keringat Bowo yang berbau khas lelaki! Tanpa parfum… gila aku jadi terobsesi dengan bau khas seperti ini.
“Aakkhhh….Bowoo… ooohh jaangg… aannhhhh” desahku antara pura-pura menolak dan meminta.
Ya, harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki kasar macam Bowo. Bowo yang sudah sangat bernafsu sudah tidak mempedulikan apa-apa lagi. Dengan beringas dan agak kasar dijilatinya dan dikecupnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang ditumbuhi kumis mulai menjilat-jilat pantatku.
“Aaa… … aakkkhh..Wo..aakhh..jang..aakkhhh”
Kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Bowo dengan rakusnya menggigiti dan mengecup kedua belah pantatku!! Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Bowo.
“Eemmmhh..pantat mbak indahh… ” kudengar Pak Bowo menggumam mengagumi keindahan pantatku. Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.
“Oouuucchhh… ssshhhhh… Aamm… … .ampunnhhh” aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikan lelaki kasar yang sebenarnya harus melindungi dan mengayomiku. Aku benar-benar pasrah total.
Liang memekku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Bowo menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium, menjilat dan menyedot-nyedot liang memekku dari arah belakang.
Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila. Karena baru kali ini aku bermain gila dengan lelaki berseragam. Tapi aku tak peduli yang penting gejolak nafsuku terpenuhi. Titik!
“Ooouuucchhh… sssshhhhh… tteerussshhhh.. Oohhh, Bowoooo… … oookkkhhhh… ”
Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Bowo menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan teramat dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan. Tubuhku kelojotan menahan terpaan gelora kenikmatan.
Bowo semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan gelombang kenikmatan itu.
“Aaaa… … aakkkkhhh… Bowoooo… ooouucchhh aaakkkhhh… ”
Aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama. Nikmat sekali rasanya. Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Bowo melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas sofa dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Bowo.
Kali ini ia rupanya sudah menurunkan celana seragamnya karena aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila panas sekali benda itu! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.
Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu menggesek-gesek belahan memekku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang kemaluanku. Sesak sekali rasanya. Mungkin apa yang kubayangkan tadi benar!! Karena selama ini aku belum pernah melihat ukuran, bentuk maupun warnanya! Tapi aku yakin kalau warnanya kecoklatan.
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.
“Hhhkkk… … hhhhhh… … sssshhh… … meeemm… … meeekkkkhhhh… Mbak… Mmaaee… …nni… benar-benar legithhhh… … ” Gumamnya di sela-sela napasnya yang memburu. Didesakkannya batang kemaluan Bowo ke dalam lubang kemaluanku. Ouhhh lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku. Di kedinginan dan terpaan deru hujan kami berdua justru berkeringat…
Gila… Bowo menyetubuhiku di ruang tamu tempat aku biasanya belajar ngaji dengan Pak Fathoni dengan ibu-ibu disini! Dasterku tidak dilepas semuanya, hanya disingkap bagian bawahnya sedangkan celana dalam sudah terbang entah kemana dilemparnya.
“Oooo… … uuukkkhhhh Bowoooo… … … aaaahhhh… .”
Aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat saat Bowo mulai memompaku dari belakang! Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada sofa tamu, tubuhku disodok-sodok Bowo dengan gairah meluap-luap.
Tubuhku tersentak ke depan saat Bowo dengan semangat menghunjamkan kontolnya ke dalam jepitan liang memekku! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan sofa! Tangan kirinya menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas pantatku dengan gemasnya.
Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan batang kemaluan Bowo. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan kontol Bowo yang menghunjam dalam-dalam. Suara benturan pantatku dengan kontol Bowo yang terdengar di sela-sela suara gemuruh hujan menambah gairahku kian berkobar. Apalagi bau keringat Bowo semakin tajam tercium hidungku. Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar. “Oouuhhh… … mmmpphhhh… … terussshhh… … .. terushh… … yang kerass… ssshhh… … ” Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.
“Ggooyyaaannggghhhh… … , Mmmhh… mmbaakkkhhh… kkkhhhheeemmm… … mmoothhinnhhh… … ”
Kudengar pula Bowo menggeram memberiku instruksi untuk memuaskan birahinya sambil meremas pantatku kian keras. Batang kontolnya semakin keras menyodok liang memekku yang sudah kian licin. Aku merasakan kontolnya mulai berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua. Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang teramat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, sementara dasterku sudah basah oleh keringatku sendiri. Bowo semakin keras dan liar menghunjamkan kontolnya yang terjepit erat memekku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejang-ejang dan mulutnya menggeram keras.
“Aaarrrrggghhhh… terusshhhh, Mmbaakkhhh… goyangghhhh… … aaaarrrrggghhhhhh… .sshhhh… … ”
Kontolnya yang terjepit erat dalam memekku berdenyut kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku…
Ccrrroott… .ccrroottt… .crrrooottt… ..Serr.. serr.. serr… hhhaaaa… aaakkkhhhh… … ooouuucchhh… … ..
Beberapa kali air mani Bowo menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku. Tubuhnya kian berkejat-kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram dan menarik-narik jilbabku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman kontolnya yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.
“Ooouuuccchhhh… aaakkkkhh.. terussshhh… … Bbhhoo… wwooo… ooookkkkkhhh… sssshhhhh… … ”
Tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Bowo untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.
Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Bowo. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh.
Kontolnya kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan memekku. Perlahan namun pasti akhirnya kontol itu terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir kemaluanku yang basah oleh cairan kami berdua.
Gila, banyak sekali Bowo mengeluarkan air maninya! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan air mani yang menetes dari lubang kemaluanku ke lantai ruang tamu.
“Mbak benar-benar hebat… Saya jadi tergila-gila sama mbak… ” bisik Bowo di telingaku. Aku hanya diam merasakan batinku terpuaskan hasrat liarku. Ya, aku baru saja disetubuhi oleh seorang laki-laki yang bukan muhrimku… Aku hanya bisa termenung tapi seluruh jiwaku sangat menikmati batang kontolnya. Persetan dengan aturan, toh yang membuat aturan adalah manusia juga. Yang kurasakan adalah bagaimana bisa merasakan permainan dunia dan aku sudah sering keluar masuk surga ini, aku teramat mencintai kenyamanan surga ini.
Kuremas tangan kekar Bowo yang sedang memeluk tubuhku. Bowo dengan mesra lalu menciumi tengkuk dan telingaku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Bowo yang kekar. Lalu aku meninggalkan Bowo yang masih bugil dan lemas begitu saja untuk bergegas ke kamar mandi untuk membetulkan jilbabku yang awut-awutan, mencuci muka dan memekku yang teramat lembab oleh air mani kami tadi.
Aku keluar dari kamar mandi dengan masih mengenakan dasterku yang sebetulnya agak kotor kena keringat. Baru kusadari betapa kacaunya ruang tamuku! Meja tamuku sudah bergeser tak karuan. Sementara kulihat celana dalamku terlempar ke sudut ruangan dekat televisi. Bowo masih membetulkan celana seragamnya.
“Mbak, saya.. boleh numpang mandi, Mae… ” “Silakan, Wo.. Handuknya ada di dalam.” Aku mengambil kain pel dan membersihkan cairan sisa-sisa persenggamaanku dengan Bowo yang berceceran di lantai, kalau besok pagi Mbok Sarinem tahu bisa gawat aku. Sementara itu Bowo mandi di kamar mandi yang baru saja kupakai..
Aku masih mengepel cairan sisa-sisa perjuangan kami tadi yang masih menempel di lantai. Tanpa kusadari tiba-tiba Bowo yang hanya mengenakan handuk memelukku lagi dari belakang.
Gila! Orang ini benar-benar bernafsu kuda!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa ke meja makan di belakang ruang tamuku ini.

“Jangan di situ, Wo… ” bisikku, “Ke kamar tidurku aja… ”
Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Bowo! Apalagi aku juga teramat menyukainya. Jadi aku menurut saja saat ia ingin menyetubuhiku lagi…
Akhirnya tubuhku dibopong ke kamar tidurku. Kamar tidurku dilengkapi tempat tidur springbed, dan kamar mandi di dalam, serta AC! Tempat yang sama dimana aku juga sering menikmati kejantanan lelaki.

Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Bowo menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku.
Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Kumisnya yang tipis terasa geli mengais-ngais hidungku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngais didalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidahnya yang mendesak-desak dalam mulutku. Akhirnya kami saling pagut dengan liar dan menggelora.
Aku sudah tak peduli kalau Bowo itu adalah seorang aparat yang harusnya melindungi dan mengayomi diriku dan walaupun aku baru mengenalnya sore tadi tapi dengan lelaki-lelaki yang masih asing bagiku justru ku dapatkan gairah yang meluap-luap. Yang kutahu adalah nafsuku mulai bangkit lagi. Apalagi tangan Bowo mulai menyingkap dasterku ke atas dan melepaskannya melalui kepalaku yang masih berjilbab hingga aku telanjang bulat di depannya! Gila aku telah telanjang bulat tapi masih berjilbab!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mencuci memekku tadi. Lalu dengan sekali tarik Bowo melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku!

Benar dugaanku! Ternyata kontolnya berwarna kecoklatan dengan rambut yang sangat lebat. Topi bajanya tampak mengkilat dan mengacung ke atas dengan gagahnya! Mungkin bila dijajarkan dengan senapan revolver yang biasa dibawanya ukurannya hampir sama besarnya!! Makanya tadi kurasakan betapa sempitnya liang memekku menjepit benda itu!! Aku jadi tak merasa rugi menyerahkan tubuhku padanya…
Aku tidak sempat berlama-lama melihat pemandangan itu, karena sekali lagi Bowo menyergapku. Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya meremas erat kepala berjilbabku. Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah tetekku yang padat menjadi sasaran mulutnya yang bergairah!
Gila.. Liar dan panas! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak! Bowo mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh kucing lapar menemukan bandeng! Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah tetekku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut dan lidahnya.

Tanganku pun dibimbing Bowo untuk dipegangkan ke batang kemaluannya yang tegak menjulang.
“Oouucchhh… ssshhhhh… niikmaatthhhhh… ”
Mulutku tak sadar berbicara saat lidah Bowo yang panas dengan liar mempermainkan puting tetekku yang sudah mengeras. Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi tetekku, Bowo duduk di pinggir tempat tidur.
Dilepaskannya mulutnya dari tetekku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Bowo yang sudah duduk di kasur springbedku, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Tetekku yang kencang menjepit batang kontolnya yang kecoklatan dan keras itu!

“Hhhaaahhhh… sssshhh… .”
Bowo mendesis saat batang kontolnya yang besar dan kecoklatan itu terjepit tetekku. Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga tetekku semakin erat menjepit batang kontolnya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Bowo yang sangat lebat menggesek-gesek pangkal tetekku. Apalagi batang kontolnya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah tetekku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Bowo yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kontolnya, sementara tangan satunya memegang batang kontolnya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum kontolnya.
Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kontol Bowo yang mengkilat. Gila besar sekali!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu.
“Aarrggghhhhh… … ter… … terushhh, Mbbaakkhhh… ”
Mulut Bowo mengoceh tak karuan saat kumasukkan kontolnya yang sangat besar itu ke dalam mulutku. Kujilati lubang di ujung kontolnya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Sementara itu, kedua tangan Bowo terus memegangi dan meremas gemas kepalaku yang masih berjilbab seolah takut kalau aku akan menarik kepalaku dari selangkangannya.
Setelah beberapa lama, dengan halus kubelai tangan Bowo dan kulepaskan cengkeramannya dari kepalaku yang masih berjilbab. Setelah itu, sambil mulut dan tanganku terus bekerja memanjakan kontolnya, mataku senantiasa menatap sendu mata Bowo. Sesekali aku pun melempar senyum genitku padanya jika mulutku sedang tak dipenuhi oleh kontolnya. Dengan begitu, aku seolah ingin mengatakan padanya.
“Jangan khawatir. Aku tak akan menjauhkan kepalaku dari selangkanganmu. Aku akan terus memanjakan kontolmu yang besar dan panjang ini dengan mulut dan kedua tanganku… .”
Bowo pun jadi lebih santai dan menikmati pekerjaanku yang kulakukan dengan penuh hasrat yang menggelora, bisa merasakan kontol seorang aparat penegak hukum.
Tidak puas bermain-main dengan batang kontolnya saja, mulutku lalu bergeser ke bawah menyusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kontolnya hingga ke pangkalnya. Bowo semakin blingsatan menerima layananku! Tubuhnya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Bowo secara bergantian.

“Mmbb… mbaakk… … hheeb… … baathhh… ooohhh… sssshhh.. aakkkhhhhh… … ”
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Bowo yang ditumbuhi rambut. Bowo semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskannya.

Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Bowo dan dilemparkannya ke tempat tidur.
Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Bowo. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya. Otomatis kontolnya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku. Ditekannya pantatnya hingga kontolnya semakin ketat menempel di belahan pantatku.

Tubuhku menggelinjang hebat saat lidahnya kembali menyibak kain jilbabku dan menyusuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Bowo kini mempermainkan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…

Aku tahu Bowo melakukan itu karena aku pun telah melakukan hal yang sama padanya barusan. Aku sama sekali tak mengharapkan balas budi seperti itu, tapi tentu saja aku sangat berterima kasih pada Bowo karena aku pun kini dapat menikmatinya.
Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu.
Setelah puas melumat seluruh jari kakiku, Bowo membalikkan tubuh telanjangku hingga kini aku terlentang di tempat tidur. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dan ia sekali lagi menindihku. Kali ini posisi kami saling berhadap-hadapan dengan tubuhku ditindih tubuh kekarnya.
Lidahnya kembali bergerak liar menjilati tubuhku. Sasarannya kali ini adalah daerah sensitif di belakang leherku. Aku menggelinjang kegelian. Bibir Bowo dengan ganasnya menyedot-nyedot daerah itu sambil sesekali menyentil, menggigit dan menarik-narik lembut kain jilbabku dengan giginya.
“Jang… jang… aannhh dimerah ya, Wwoo… ” erangku memohon padanya.
“Tidak.. Mbak… . saya cuma gemasss!!” desis Bowo sambil tetap menjilati bagian belakang telingaku.

“Tapi kalo di sini boleh kan?” katanya nakal sambil tiba-tiba menyedot tetekku.
“Aaaauuwwww… … ” jeritku terkejut karena gerakannya yang tiba-tiba.
Rupanya Bowo dengan sengaja meninggalkan cupangan merah yang banyak di seputar kedua tetekku. Tingkah lakunya seperti ingin menandai bahwa tubuhku sekarang telah jadi miliknya juga… Aku kegelian dan semakin bertambah horny karena aksinya itu.
Sementara itu tangannya terus bergerak liar meremas tetekku bergantian. Aku semakin mendesis liar saat mulutnyadengan liar dan gemas menyedot tetekku bergantian. Kedua puting tetekku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah. Liang memekku berdenyut-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangannya menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang memekku yang sudah semakin licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulutnya menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran atau sekedar joging di sekitar kampusku.

“Aaakkkhhhh… Wwooo… ooouuucchhhhh… ssshhhh… .” Aku mendesis saat bibir Bowo menelusuri gundukan bukit memekku.
Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidahnya yang panas menyusup ke dalam liang memekku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar hingga wajah Bowo bebas menempel gundukan memekku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku. Apalagi kumisnya yang tipis kadang ikut menggesek dinding lubang memekku membuat aku semakin kelojotan dibuatnya.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajahnya dengan giat menggesek-gesek bukit memekku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang teramat sangat.

“Aaakkkhhh… … … Boo… woooohhhh… aakk… .kkkuuuuu… … oookkkhhhh… ssshhh… .”
Aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Bowo dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengannya yang kokoh.
Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Bowo hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Bowo lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya.
Sejenak ia tersenyum menatapku yang masih terengah-engah tak berdaya di bawahnya. Sebuah senyum kemenangan karena ia telah berhasil mengalahkanku satu ronde! Aku pun tentu saja sangat senang diperlakukan seperti itu oleh seorang lelaki. Maka aku pasrah saja membiarkannya berbuat apa pun yang disukainya untuk melampiaskan nafsunya pada diriku sekarang.
Kemudian ia mencucukkan batang kontolnya yang sudah sangat keras ke bibir memekku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.
Aku menahan napas saat Bowo mendorong pantatnya hingga ujung kontolnya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang memekku. Secenti demi secenti batang kontolnya mulai melesak ke dalam jepitan liang memekku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.

Rupanya Bowo sangat berpengalaman dalam hal seks. Hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh kontolnya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh kontolnya sudah terbenam seluruhnya ke dalam memekku.
Bibir Bowo memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa kontol Bowo yang terjepit dalam memekku mengedut-ngedut.
Kami saling berpandangan dan tersenyum mesra. Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Bowo menarik batang kontolnya dari jepitan liang memekku.
“Aaakkkhhhh… ” aku menjerit tertahan.
“Enak, Mbak… ?” bisiknya.
“Kamu nakal Woohhh… oohhh… ”
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku, Bowo mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kontolnya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.
Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara memekku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari kontolnya yang besar.

Setelah puas melumat bibirku, kini giliran tetekku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Bowo. Kedua puting tetekku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Bowo.
Tubuhku mulai mengejang… Gawat, aku hampir orgasme lagi. Kulihat Bowo masih belum apa-apa!! Ini tidak boleh dibiarkan… pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa merasakan kenikmatan yang penuh. Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Bowo.
“Giliran aku di atas, Sayang… .”
Gila… ! Aku sudah mulai sayang-sayangan dengan polisi muda itu!
Bowo meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan kontolnya dari jepitan memekku, ia menggulingkan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya.

Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya goyangan para penyanyi dangdut. Kulihat matanya mulai membeliak saat batang kemaluannya yang terjepit dalam liang memekku kuputar dan kugoyang. Pantatnya pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Ssshhh… oouuugghhh… terusshhh… Mmbaakk… aarrgghhhh… !”
Bowo mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya.

Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana. Cengkeraman tangan kekarnya semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya. Kelentitku semakin kuat tergesek batang kontolnya hingga aku tak dapat menahan diri lagi.
Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak-sentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejang kuat di atas perut Bowo. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun. Akupun menggeliat tak karuan.
“Aaaakkkkkhhhh… … … ooookkkkhhhh… ter… … rruussshhhhhh… , Wwooo… ooouukkkhhh… … aakhhh… aakkhh… aakkhh… … sssshhhhh… … ”
Aku menggelinjang dan menjerit melepas orgasmeku meminta Bowo untuk semakin kuat memutar pantatnya. Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Bowo. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat.
Aku hanya pasrah saat Bowo yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Bowo menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya kontolnya di belahan memekku dari belakang. Rupanya ia paling menyukai kalau aku menungging.
Setelah tepat sasaran, Bowo mulai menekan pantatnya hingga kontolnya amblas tertelan memekku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi legitnya jepitan liang memekku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Bowo mulai menggenjot memekku dari arah belakang.
Kembali terdengar suara beradunya pantatku dengan tulang kemaluannya yang semakin lama semakin cepat mengayunkan pantatnya maju mundur. Kurang puas dengan jepitan memekku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua pahanya.

Kembali ia mengayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan memekku kian erat menjepit kontolnya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakannya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.
Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayunan kontolnya yang menghunjam keras ke dalam memekku.
Nafsuku mulai terbangkitkan kembali. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat kontolnya menggesek-gesek kelentitku.
“Uugghhh… uugghh… uuukkhhh… ”
Terdengar suaranya mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kontolnya.
“Terusshhh… terusshhhh… .,Wwoo… geenjooothhh… yyaangg… … kkkhheerrr… .rrraasss… … ssshhhh… … aarrrrggggghhhhhh… aakkhh… aakkhh… .aakkhh… ooowwwhhhhh… … ssssstttthhhh… .sseerrr… .sseerrrr… ”
Kembali tubuhku menggelepar melepas orgasmeku. Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Bowo tetap menggerakkan kontolnya dalam jepitan memekku sambil tangan kanannya menjambak jilbabku, meremasnya kuat-kuat sedang tangan kirinya meremas kuat tetekku. Kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku kelojotan mencapai orgasme selama bersetubuh dengannya. Hebatnya ia baru sekali mengalami ejakulasi saat ngentotin aku pertama tadi.
Tubuhku terasa lemas sekali. Aku sudah tidak mampu bergerak lagi. Bowo melepaskan kontolnya dari jepitan memekku dan mengangkat tubuhku hingga posisi terlentang.
Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Bowo menindihku.
Memekku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan kontolnya ke bibir kemaluanku. Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya kontolnya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang memekku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.

“Boowwooo… kkaammuu… hebatthhh..” bisikku.
Namun kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibirnya sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong-mendorong sementara pantatnya kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Bowo semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napasnya semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakannya.

“Uuggh… ugghh… uuukkhhhh… ”
Dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangannya menopang pantatku dan menggenjot memekku dengan tusukan-tusukan gencar kontolnya. Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja, tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan kontolnya dalam-dalam ke dalam dasar liang memekku.
Ccrroot… crroott.. ccrrott… croottt.. cccrrroottt… “mmpphhh… ooookkkhhh… hhaahh… haahh… aaakkhhh… .” Desahnya. Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. Kontolnya yang masih kencang tetap menancap erat ke dalam memekku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan kontolnya tetap tertancap dalam liang kenikmatanku.
Hampir pagi ia membangunkanku untuk pamit pulang karena ia harus ikut apel pagi di kantornya. Sebelum pergi, Bowo sempat melumat hangat bibirku. Ohhh… nikmatnya kontol polisi muda ini, membuat aku ingin menikmatinya kembali.
III
Sudah hampir dua minggu sejak persetubuhanku dengan Bowo kami tidak melakukannya lagi. Selama itu aku kadang menikmati kontol-kontol teman kampusku tapi tidak ada yang membuatku menggelepar seperti Bowo. Duh,aku begitu bernafsu ingin merasakan kehangatan dan keganasan kontolnya kembali. Lama-lama aku merasa kangen juga dengan pistol gombyoknya (kontol,bhs prokem jogja.red). Aku sudah merindukan keliarannya, bau keringatnya dan juga kejantanannya.

Sabtu itu kuberanikan datang ke pos polisi dekat gramedia jogja untuk mencari tahu, tidak ada satupun polisi disitu yang menatapku heran karena aku memakai jaket angkatan yang bertuliskan almamaterku, kemeja panjang dengan tetap berjilbab jadinya kelihatan musilamah dan alim banget kan?ha..ha.. tetapi sayangnya dia lagi nggak bertugas di pos itu. Kata salah satu polisi tua disitu katanya saat ini dia lagi tugas jaga di pos Janti. Dengan mengucap terima kasih, akupun langsung meluncur ke pos jaga di Janti dan ternyata sesampainya di situ memang kulihat ada dua motor laki-laki. Aku pun langsung masuk ke dalam tetapi Cuma ada satu polisi yang sudah lumayan berumur. Dia mengatakan kalau Pak Bowo mungkin lagi istirahat di belakang pos karena sehabis tugas malam tadi, tanpa curiga karena dandananku yang kelihatan sholekah bapak itu menyuruhku langsung saja ke belakang. Pos jaga di sini memang menempel dengan rumah dibelakangnya yang oleh pemiliknya digunakan untuk titipan parkir mahasiswa yang mau pulang kampung dengan bus.
Bangunan itu nggak begitu besar, di ruang tamu dan terasnya sudah dijadikan tempat titipan motor terbukti banyak motor berbagai jenis yang ada di situ. Oleh penjaga disitu aku disuruh langsung ke belakang lewat celah samping rumah. Dengan penasaran aku masuk lewat samping rumah itu dan begitu aku menemukan pintu lagi aku masuk ke dalamnya yang ternyata sebuah ruang makan yang menyatu dengan dapur dan kamar mandi di sebelahnya dan sayup-sayup kudengar suara berkecipak air di kamar mandi yang terletak di sudut belakang rumah.
Kudengar suara parau mendendangkan lagu pop dengan suara fals. Itu suara Bowo yang sangat kukenal di telingaku. Ku duduk di salah satu kursi panjang di situ sambil minum air yang sudah kubawa dari rumah. Bowo yang hanya berbalut handuk tampak kaget melihatku ada disitu. Tetapi kemudian dia tersenyum nakal mengetahui tujuan kedatanganku apalagi tiga kancing kemeja lengan panjangku sudah ku lepas dari tadi karena merasa agak gerah juga sehingga belahan dadaku lumayan mengintip dan rupanya memancing gairahnya.
Tanpa banyak kata Bowo berjalan menutup pintu kayu samping tadi dan menguncinya. Begitu pintu ditutup, Bowo langsung memeluk tubuhku dari belakang. Disibakkannya kain jilbabku lalu diciuminya tengkukku dengan ganas seperti biasanya.
“Saya.. kangen sama Mbak Mae… ” bisiknya di telingaku.

Aku sendiri juga kangen dengan cumbuannya dan kangen dengan senapan revolvernya, bahkan birahiku sudah mulai meledak-ledak tadi saat melihatnya Cuma memakai handuk dan aku sudah nggak sabar untuk merasakan daging kerasnya lagi di dalam memekku.
Tangannya yang terampil segera melepas jaket angkatan yang ku pakai dan melemparkannya ke kursi. Mulutnya tak henti-hentinya menciumi tengkukku hingga membuatku menggerinjal karena geli. Ia tahu benar kelemahanku. Dijilatinya daerah belakang telingaku lalu tangannya melepas sisa kancing baju kemejaku satu demi satu dan dilemparkannya ke kursi tempat ia melempar jaketku tadi.
Begitu punggungku terbuka, dengan serta merta dicumbunya punggungku dengan jilatan-jilatan dan gigitan-gigitannya yang membuatku kangen. Kemudian dengan mulutnya digigitnya kaitan bra ku hingga terlepas. Tangannya yang kekar menyusup ke dalam kutangku dan meremas isinya yang penuh. Jari-jarinya dengan lincah memainkan dan memilin-milin kedua puting tetekku.
Setelah puas, dilepasnya kutangku dan dilemparkannya jadi satu dengan kemejaku tadi. Kini aku hanya mengenakan celana panjang sementara tubuh atasku sudah terbuka sama sekali. Jilbabku sama sekali tidak dilepasnya karena menurutnya membuatku lebih kelihatan cantik dan itu membuatnya sangat bergairah bisa bercinta dengan perempuan yang masih berjilbab.
Jilatan lidahnya terus merangsek seluruh punggungku dengan ganas. Seolah-olah orang yang sedang kelaparan mendapatkan makanan lezat. Kumisnya yang tipis dan jarang terasa geli menggesek-gesek kulit punggungku.

“Jangan di sini, Wwoo… oohhhhh… ”
Aku yang sudah mulai terangsang masih mampu menahan diri untuk tidak disetubuhi di dapur yang keliahatan jarang dibersihkan itu.
Tanpa banyak bicara didorongnya tubuhku masuk ke kamar satu-satunya yang ada di ruangan itu. Di situ tidak ada tempat tidur seperti di rumahku. Yang ada hanya kasur yang sudah agak kumal yang terhampar di lantai yang dilapisi karpet plastik serta meja kecil untuk tempat minuman, mungkin ruangan ini digunakan jika para polisi itu mengantuk atau membawa gadis-gadis yang pengen mereka nikmati waktu tugas jaga malam. Tubuhku didorong hingga punggungku memepet tembok tanpa plester di kamar itu. Kali ini bibirku langsung disosornya dengan ganas. Dilumatnya bibirku dan disisipkannya lidahnya masuk ke dalam mulutku mencari-cari lidahku.

Aku semakin gelagapan mendapatkan serangan-serangannya. Apalagi kedua tetekku diremas-remas dengan ganas oleh tangannya yang kasar. Bibirnya mulai merayap turun dari bibirku ke dagu lalu leherku dijilat-jilatnya dengan ganas. Aku semakin menggelinjang. Napasnya yang mendengus-dengus menerpa kulit leherku membuat seluruh bulu romaku berdiri. Dari leher, bibirnya terus turun ke bawah dan berhenti di dadaku. Sekarang giliran tetekku yang dijadikan bulan-bulanan serbuan bibirnya. Kumisnya terasa geli menyentuh dan mengilik-ngilik tetekku. Aku merasa semakin terangsang dengan ulahnya itu.
Dengan masih berdiri memepet tembok, celanaku dilucuti oleh tangan terampilnya. Aku membantunya melepas celana panjangku dengan mengangkat kaki dan menendang jauh-jauh. Tanganku pun tak tinggal diam, kutarik handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia telanjang bulat didepanku. Rupanya ia tidak mengenakan celana dalam!! Kontolnya yang panjang, besar dan berwarna kecoklatan gagah nampak tegak berdiri. Benar-benar jantan kelihatannya.

Tanpa disuruh, tanganku pun segera menggenggam kontolnya dan meremas serta mengurutnya.
“Oouugghhh… ssshh… terusshhhh, Mmaaee… ” desahnya, kini ia berani memanggil namaku saja.
Bowo mendengus keenakan saat kuremas-remas gemas dan kuputar-putarkan tanganku di kontolnya yang membuat aku tergila-gila.

“Aaakkkhhh… oouuccchhhhhh… .”
Kini giliranku yang mendesis kenikmatan saat kurasakan tangannya menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas-remas gundukan memekku yang sudah basah. Tidak Cuma itu… jarinya mengorek-ngorek ke dalam celah memekku dan mempermainkan tonjolan kecil di celah memekku. Aku semakin liar bergoyang saat jari-jarinya semakin masuk ke dalam liang memekku. Rasanya liang memekku semakin basah oleh cairan akibat rangsangannya itu.
Aku agak kecewa saat tiba-tiba ia menghentikan rangsangan di selangkanganku. Tangannya kini bergerak ke belakang dan meremas buah pantatku. Sementara itu mulutnya terus turun ke arah perutku dan lidahnya mengosek-ngosek pusarku membuat aku kembali terangsang hebat. Tiba-tiba Bowo melepaskan tanganku dari batang kemaluannya dan bersimpuh di depanku yang masih berdiri. Serta-merta digigitnya celana dalamku dan ditarik dengan giginya ke bawah hingga teronggok di pergelangan kakiku. Aku membantunya melepaskan satu-satunya penutup tubuhku selain jilbabku tentu saja dan menendangnya jauh-jauh.

Kini mulutnya sibuk menggigit dan menjilat daerah selangkanganku. Dikuakkannya kakiku lebar-lebar hingga ia lebih leluasa menggarap selangkanganku. Dengan bersimpuh Bowo mulai menjilati labia mayoraku sementara tangannya meremas pantatku dan menekannya ke depan hingga wajahnya lebih ketat menyuruk ke bukit kemaluanku.
Aku hanya bisa merintih saat lidahnya menyeruak ke dalam liang memekku yang sudah sangat licin. Ditekankannya wajahnya ke selangkanganku hingga lidahnya semakin dalam menyeruak ke dalam memekku. Aku semakin menggelinjang saat lidah Bowo dengan nakalnya mempermainkan kelentitku. Sesekali ia menyedot kelentitku dan menyentil-nyentil kelentitku dengan lidahnya. Gila… tubuhku mulai mengejang dan perutku seakan-akan diaduk-aduk karena harus menahan kenikmatan.
Bowo sudah tidak peduli dengan keadaanku yang kepayahan menahan nikmat. Lidahnya bahkan semakin liar mempermainkan tonjolan di ujung atas liang memekku. Akhirnya aku tak mampu menahan gempuran badai birahi yang melandaku. Tubuhku berkelojotan. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuhku melayang…
“Aaaaakkkhhh… .hhhhh… … teerrr… … ruusssshhhhhh… ssshhhh… … aakkhh… aaakkhhhh… … ”
Tubuhku terus berkejat-kejat sampai titik puncaknya dan kurasakan ada sesuatu yang meledak di dalam sana. Tubuhku melemas seolah tak bertenaga. Aku hanya bersandar dengan lemas ke dinding kamar tanpa mampu bergerak lagi.
Bowo lalu berdiri di hadapanku.

“Bagaimana, Mae..?” bisiknya di telingaku.
“Oohhh… luar biasa… kamu hebbb … bathh,” desahku.
Masih dengan posisi berdiri dengan aku menyandar dinding, Bowo menyergap bibirku lagi. Bowo menempatkan dirinya di antara kedua pahaku yang terbuka lalu dicucukkannya batang kontolnya ke lubang memekku yang sudah sangat basah. Dengan tangannya Bowo menggosok-gosokkan kepala kontolnya ke lubang memekku. Tubuhku kembali bergetar. Aku mulai terangsang lagi, saat kepala kontolnya menggesek-gesek tonjolan kecil di memekku.
Dengan perlahan Bowo mendorong pantatnya ke depan hingga kontolnya menyeruak masuk ke dalam liang kenikmatanku.

“Hhmmmhhhh… … hhhhhhhhh… … ”
Hampir bersamaan kami mendengus saat kontolnya menerobos memekku dan menggesek dinding liang memekku yang sudah sangat licin. Lidah kami saling bertaut, saling mendorong dan saling melumat. Tubuhku tersentak-sentak mengikuti hentakan dorongan pantatnya. Bowo terus menekan dan mendorong pantatnya menghunjamkan kontolnya ke dalam memekku dengan posisi berdiri.
Entah karena kurang leluasa atau kurang nyaman, tiba-tiba Bowo mencabut batang kontolnya yang terjepit liang memekku. Ia membalikkan tubuhku menghadap dinding dan ia sekarang berdiri di belakangku. Tubuhku sedikit ditunggingkan dengan kedua tangan menopang tembok. Dibentangkannya kedua kakiku lebar-lebar, lalu ditusukkannya kontolnya yang keras itu ke memekku dari belakang. Kali ini gerakanku dan gerakannya agak lebih leluasa.
Kedua tangannya meremas dan memegang erat pantatku sambil mengayunkan pantatnya maju mundur. Kontolnya semakin lancar keluar masuk liang kenikmatanku yang sudah sangat licin.
“Ughh… .uugghhh… uuugghhhh… … ” Kudengar Bowo mendengus-dengus seperti kereta sedang menanjak.
Aku pun mengimbangi gerakan ayunan pantatnya dengan sedikit memutar pantatku dengan gaya ngebor.
Napasnya semakin menderu saat kulakukan gaya ngeborku. Kontolnya seperti kupilin dalam jepitan liang memekku. Nafsuku yang sudah terbangkit semakin mengelora. Desakan-desakan kuat di dalam tubuh bagian bawahku semakin menekan. Kugoyang pantatku semakin liar menyongsong sodokan gencar kontol Bowo.
“Terusss… Mmaaee… terusshhh… ” Bowo mendesis-desis dan tangannya semakin kuat mencengkeram pantatku membantuku bergoyang semakin kencang.
“Aaarrrgggghhhh… … aarrrgghhhhhh… . aakkkhhh… … ssay… .sssaayaaa… … .keluaaarrrrhhh,Mmaaee… … eessssshhhhh… .Hhhhhhhh… … ”
Kudengar Bowo menggeram saat kontolnya mengedut-ngedut dalam jepitan memekku. Aku pun merasa sudah di ambang puncak kenikmatanku. Kugoyangkan pantatku semakin liar dan akhirnya kuayunkan pantatku ke belakang menyongsong tusukan Bowo hingga kontolnya melesak sedalam-dalamnya seolah-olah menumbuk mulut rahimku. Aku seperti melayang begitu puncak kenikmatan itu datang mengaliri sekujur tubuhku.
“Oooouuuccchhhh… .ssshhhhhh… .aakhh… aakkhh… aaakkkhhhh… .” Baru saja aku menikmati orgasmeku, kurasakan ada semburan cairan hangat dari kontolnya di dalam liang memekku.

Ccrrraattt… crrooott..crrrruutt… cccrroooottt..crott..!! “Uughhh… ugghh… hhaahhh… hahhh… aaaahhhh… ”
Banyak sekali cairan sperma Bowo yang tersembur menyiram rahimku, hingga sebagian menetes ke karpet plastik kamar tidurnya.
Kami tetap terdiam sambil mengatur napas. Tangannya memeluk dadaku dan kontolnya masih mengedut-ngedut menyemburkan sisa-sisa air mani ke dalam liang memekku. Akhirnya kami berdua menggelosor ambruk ke kasur kumal itu.
Kami berbaring dengan Bowo masih memeluk tubuhku dari belakang. Kontolnya yang sudah terkulai menempel di belahan pantatku. Kurasakan ada semacam cairan pekat yang menempel ke pantatku dari kontolnya. Aku tak tahu dengan kain apa Bowo menyeka memekku untuk membersihkan cairan sperma yang menetes dari labia mayoraku. Aku terlalu lemas untuk memperhatikan. Akhirnya aku tertidur kelelahan setelah digempur habis-habisan olehnya.
Aku tidak tahu berapa lama aku telah tertidur di kasur itu. Aku tersadar saat ada sesuatu benda lunak yang memukul-mukul bibirku. Saat kulirik aku terkejut ternyata benda yang memukul-mukul bibirku tadi adalah kontolnya yang sudah setengah ereksi.
Ternyata ia sedang berjongkok dengan mengangkangi mukaku. Tangannya memegangi batang kontolnya sambil dipukul-pukulkannya pelan-pelan ke bibirku. Begitu melihat aku terbangun, serta-merta Bowo memegang bagian belakang kepalaku yang masih berjilbab dan mencoba memasukkan kontolnya ke dalam mulutku. Aku menjadi gelagapan karena bangun-bangun sudah disodori batang kontol laki-laki!! Gila. Aku pun tak mempunyai pilihan lain kecuali menyambutnya dengan mulut terbuka… Walaupun sedikit gelagapan, tentu saja aku melakukannya dengan setulus hati. Sedikit demi sedikit batang kontol itu semakin mengeras dalam kulumanku.
Beberapa saat kemudian Bowo membalikkan posisinya. Kontolnya masih kukulum dengan liar kemudian ia menundukkan tubuhnya dan wajahnya kini menghadap selangkanganku.
Dibentangkannya kedua pahaku kemudian lidahnya mulai bekerja menjilat dan melumat gundukan memekku. Aku semakin gelagapan karena merasa kegelian diselangkanganku sementara mulutku tersumpal kontolnya yang mulai membesar dan mengeras.
Aku ikut menyedot kontolnya saat Bowo menyedot kuat memekku. Kami saling menjilat dan menyedot kemaluan kami masing-masing dengan posisi wajah Bowo menyeruak ke selangkanganku dan wajahku dikangkanginya.
Aku semakin menggelinjang liar saat lidahnya mengais-ngais lubang anusku dengan menekuk kedua pahaku ke atas. Aku sangat terangsang dengan perlakuannya itu. Apalagi saat lidahnya dimasukkan dalam-dalam ke lubang memekku. Aku tak mampu menjerit karena mulutku tersumpal kontolnya yang teramat besar dan keras.
Tubuhku bergetar hebat menahan kenikmatan yang menyergapku. Bowo dengan ganas menjilat-jilat tonjolan kecil di lubang kenikmatanku dengan kedua tangannya membuka lebar-lebar labia mayoraku ke arah berlawanan. Aku tak mampu bertahan lama atas perlakuannya itu. Tubuhku mengejan dan kelojotan seperti cacing kepanasan. Lalu tubuhku tersentak selama beberapa saat dan akhirnya terdiam. Aku mengalami orgasme lagi dengan cepatnya.
“Mmmmhhhhhh… … eeehhhhhmmmm… … ”
Bowo masih membiarkan kontolnya menyumpal mulutku sambil sesekali lidahnya menyapu-nyapu dinding vulvaku. Setelah aku mulai dapat mengatur napasku, Bowo menggulingkan tubuhnya ke samping dan menarik tubuhku agar naik ke perutnya. Ia bergeser ke arah dekat dinding dan menumpuk beberapa bantal di belakang punggungnya hingga posisinya kini setengah duduk.
Tubuhku ditariknya hingga menduduki perutnya lalu diangkatnya pantatku dan dicucukannya kontolnya ke lubang memekku. Dengan pelan aku menurunkan pantatku hingga batang kontolnya secara perlahan melesak ke dalam jepitan liang memekku. Aku menahan napas menikmati gesekan batang kontolnya di dinding lubang kemaluanku. Setelah beberapa kocokan yang kulakukan akhirnya amblaslah seluruh kontolnya ke dalam memekku.
Kini aku duduk di atas perut Bowo yang setengah duduk dengan punggung diganjal bantal. Dengan tangan bertumpu dinding tembok aku mulai bergerak menaik-turunkan pantatku secara perlahan. Sementara itu tangannya mencengkeram pantatku membantu menggerakkan pantatku naik turun, mulutnya sibuk menetek dan memilin-milin putting tetekku, tak ketinggalan lidahnya disentil-sentilkannya dengan teratur pada putingku yang semakin mengeras.
Posisi di atas merupakan salah satu posisi favoritku. Karena dengan posisi ini aku dapat mengontrol sentuhan-sentuhan pada daerah sensitifku dengan kontol laki-laki yang menancap keras di memekku.

“Aaaa… … aaakkkkhhhhh… sssshhh… teerrr… rruuushhh… … Wwooo… ooouucchhhh… .hhhhhkkk… ”
Aku mendesis-desis saat Bowo ikut mengimbangi goyanganku sambil kedua tangannya menekan kedua tetekku hingga kedua putingku masuk ke dalam mulutnya. Kedua putingku dijilat-jilat dan disedot-sedot secara bersamaan hingga membuat nafsuku meningkat secara cepat. Aku semakin liar menggerakkan pantatku di pangkuannya. Tubuhku kembali menggelinjang-gelinjang tak karuan dan kelojotan seperti terhantam aliran listrik.
“Terusshhh… … teee… rrrusshhh … oooouuuccchhh… … aaauuuhhhh… … aaaaakkkkhhhhhhh… … hhhooohhh… ”
Aku semakin liar mendesis saat kurasakan sesuatu meledak-ledak, kuremas kuat rambutnya. Ssseerrrrrr… … “Hhhh… hhaahhhh… hhhaaahhh… … mmmhhhhh… .aaaahhhhhh… .oookkhhh… .yyyaaaa… .. sssshhhhhh… … .” Tubuhku terasa terhempas ke tempat kosong lalu akhirnya aku ambruk di dada Bowo.
Bowo lalu bangkit dan berganti menindihku dengan tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan memekku. Bantal yang tadi mengganjal punggungku ditaruhnya untuk mengganjal pantatku hingga gundukan memekku semakin membukit. Aku yang sudah lemas kembali dijadikan bulan-bulanan genjotan kontolnya yang teramat keras.
Bibirnya tak henti-hentinya melumat bibirku dan pantatnya dengan mantap memompa kontolnya, menusuk-nusuk memekku dengan cepatnya. Kedua tangannya mengganjal bongkahan pantatku hingga tusukannya kurasakan sangat dalam menumbuk rahimku.

“Uugghh… ugghhh… putarrrhhh… Mmaaee… eeekkhhh… … puttaa… … aarrrhhh… uuugghhhhh… ”
Kudengar Bowo mendengus memerintahku memutar pantatku.
Aku mematuhi perintahnya memutar pantatku dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada.
“Terruuussshhhhh… … terrusss… … ssshhhhh… teerrr… oouugghhhh… … .!!”
Akhirnya dengan diiringi dengusan panjang tubuh Bowo berkelojotan. Tubuhnya tersentak-sentak dan hunjaman kontolnya serasa menghantam sangat dalam karena didorong sekuat tenaga olehnya. Jilbabku diremas dan digenggamnya dengan kuat. Batang kontolnya berdenyut-denyut cepat dalam jepitan liang memekku.
Crottt… crott..crott… sseeerrrrr… … “Aaaarrgggghhhhh… … aaaakkhhh… aakkhh… aakkhh… hhhhhhh… … ”
Kontolnya menyemburkan cairan kenikmatan ke dalam memekku. Aku merasa ada desiran hangat menyembur beberapa kali dalam lubang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Tubuhnya masih berkelojotan untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam.
“Oouughhhh… Mbbaakkh… Mmaa… aaee… .hhhh… hebattthhhh… ” bisiknya di telingaku dengan napas yang masih ngos-ngosan.
Tubuh kekarnya ambruk menindih tubuh telanjangku. Kontolnya dibiarkannya tertancap erat dalam jepitan liang memekku. Kami berdua sama-sama diam menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami raih.
Hari sudah semakin siang saat aku bangun dari kasur. Aku kaget saat mau kupakai celana dalamku ternyata sudah basah oleh lendir yang masih menempel. Rupanya tadi Bowo menyeka lubang memekku dengan celana dalamku! Sialan juga, terpaksa aku tidak memakai celana dalam.
Dengan memakai celana dan baju kemejaku aku keluar ke kamar mandi dan cebok membersihkan lubang kemaluanku dari sisa-sisa lendir sehabis persetubuhan dasyat tadi.

Aku baru saja mau berdiri dan menaikkan celanaku saat tiba-tiba Bowo yang hanya dililit handuk ikut masuk ke kamar mandi. Belum selesai membenahi celanaku lagi-lagi Bowo merangsekku di kamar mandi yang kelihatan kuno itu.
Diturunkannya lagi celanaku hingga sebatas lutut lalu didekapnya aku dari belakang. Bibirnya dengan ganas dan rakus menyibak jilbabku, menjilat dan mencumbu daerah belakang telingaku hingga gairahku mulai terbangkit lagi.
Melihat aku sudah dalam genggamannya, dilepasnya lilitan handuknya hingga ia telanjang bulat. Batang kontolnya yang sudah setengah keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku sengaja menekan pantatku mundur hingga menggencet batang kontolnya semakin terbenam di antara kedua belah buah pantatku. Kugeser-geser pantatku dengan lembut hingga lama-kelamaan batang itu mulai mengeras lagi.
Setelah keras, dicucukkannya kontolnya ke celah-celah sempit di gundukan bukit kemaluanku lalu digesek-geseknya ujungnya ke alur sempit itu yang sudah mulai basah.
Sekali lagi kami bersetubuh dengan hanya menurunkan celana panjangku sebatas lutut dan Bowo menggenjotku lagi dengan posisi berdiri. Aku harus bertumpu pada bak mandi yang terbuat dari gentong tanah sambil setengah nungging sementara Bowo menggenjotku dari belakang sementara tangan kanannya dengan liar meremas-remas tetek kananku dan tangan kirinya menarik dan menjambak kuat kain jilbabku sambil sesekali jari-jari tangannya dimasukkan ke dalam mulutku, aku menghisap jari kekar itu dengan kuat sambil lidahku aku mainkan sama seperti waktu aku mengenyot kontolnya.

Dengan cepat ia menyodok-nyodokkan kontolnya yang besar itu ke dalam memekku , sambil kedua tangannya meremas dan memlintir kedua tetekku yang sudah menegang. Aku yang sudah diamuk birahi yang teramat dalam hanya bisa mengelinjang tak karuan. Akupun mendesah hebat tiap kali sodokan kontolnya yang begitu besar menghantam rahimku yang terdalam. Aku Cuma bisa mengerang kenikmatan sambil menggigit bibir bawahku, saking cepatnya sodokan kontolnya aku tidak bisa lagi menahan gelombang kenikmatan yang mulai datang menderu dan untuk kesekian kalinya aku menggerinjal, tubuhku melengkung dan kepalaku yang berjilbab terdongak ke atas. Nikmat sekali. Ssserrrr… … ssseerrrrr… …
“Aaaaaa… … aaakkhhhhhhh… … aaakkuuu… kkkeeell… … llluuuaaarrrr… …
wooo… Okkkhhhhh… … akh… akh… aakkhhh… … ssshhhhhhh… hhhhhhhh… … ” Lolongku panjang

Melihatku berkelojotan dan mendesah-desah, membuat Bowo semakin bergairah mempercepat tusukan kontolnya, kontol itu menghujam rahimku lebih cepat dan akhirnya kesekian kali ia tusukkan teramat dalam kontol panjangnya ke dalam rahimku sembari menekankan pinggulku kuat-kuat ke arah pinggangnya. Ccrrooottttt… … croooooot… ccrroott…
“Uuugghhhhhhh… … hhaaahhhhh… … aaakkhhhh… … leeggiitthhhh… bbaaanggeetthhh… Mmaaee… mmee… meekmuu… uuuukkhhhhh… …
hhhhhhhhhhh… … hhhh… … aakkhhh… aaahhhhhh… ”

Ceracaunya dan rahimku benar-benar tersiram air kenikmatan yang teramat hangat. Tiba-tiba setelah tiga kali semprotan ke dalam rahimku, kontolnya yang panjang itu ia cabut dan sembari mengocok dengan tangan kanannya ia semprotkan kembali spermanya yang hangat itu ke mulut dan wajahku sambil tangan kirinya mendorong kepalaku yang berjilbab untuk menelan dan mengemuti kontolnya yang ternyata masih mengeluarkan sisa-sisa sperma yang ada. “Hhaagghh… hhaahh… haahhh… hhhhhh… … ”. Dengan gelagapan aku yang masih diamuk birahi kenikmatan langsung melumat dan mengenyot kontolnya sambil tanganku ikut mengurut batang kontol Bowo yang masih mengacung dengan kerasnya. Kujilat dan kutelan sampai habis semua spermanya, kusedot-sedot kuat kepala kontolnya sampai Bowopun menggelinjang geli dan nikmat. Iapun ikut menyeka sperma-sperma yang berceceran di jilbabku saking kuat dan banyaknya dan memberikannya kepadaku untuk aku jilati. “Uuuummmmhhh… Mae… kamu meem… bbuatkuu… melayang… mem… meek kamu… nnikk..mmaatthh… bangeettt… ” Pujinya kepadaku sambil ngos-ngosan.
“Kontol kamu juga bikin aku selalu kelojotan Wo, manteb banget” Balasku sambil masih menjilat-jilat kontolnya yang sudah mulai lemas tapi masih keras itu.
“Kapanpun kamu mau, aku siap melayani kamu” Katanya menirukan slogan kantornya.
Setelah diam sejenak kamipun bergegas merapikan baju masing-masing dan tak lupa sedikit kubasuh dengan sabun jilbabku yang terkena tembakan peluru kenikmatannya tadi. Kemudian Bowo mengantar aku keluar sampai Pos Jaga di depan. Sebelum menaiki motorku pun ia sempat meremas gemas pantatku.

Gila. Polisi muda satu ini memang gila! Bagaimana tidak ia sanggup membuat aku merem-melek keenakan dengan kontolnya yang gagah itu! Aku pun jadi teramat ketagihan dibuatnya dan semenjak itu ia menjadi salah satu kontol cadanganku di saat aku membutuhkan semburan kehangatan lelaki.

KOLEKSI VIDEO BOKEP TERBARU